Selasa, 14 Juli 2020

LINGKUNGAN STRATEGI GLOBAL, REGIONAL DAN NASIONAL TAHUN 2020-2021



ANALISA SINGKAT
LINGKUNGAN STRATEGI GLOBAL, REGIONAL DAN NASIONAL
TAHUN 2020-2021

(Siswantoro)
___________


1.            Konstelasi global kontemporer dipengaruhi oleh lima masalah besar yang berpotensi menjadi ancaman pertahanan dan keamanan nasional sehingga bangsa Indonesia harus mewaspadainya, antara lain:

a.            Adanya tatanan dunia baru, seiring melemahnya hegemoni kekuatan super sebagai akibat pengaruh kekuatan-kekuatan ekonomi baru seperti China, Rusia, India, dan Brazil.

b.            Adanya terorisme dimana semua negara rentan terhadap ancaman teroris, bahkan terorisme serig dijadikan alat untuk menguasai suatu wilayah yang berujung pada perang melibatkan pihak ketiga, contohnya yang terjadi di Irak dan Suriah.

c.            Adanya perang siber dimana ancamannya dianggap sama bahayanya dengan senjata kinetik sehingga menganggap perkembangan dunia siber harus dijadikan pertimbangan dalam fungsi ketahanan dan keamanan nasional.

d.            Adanya kebangkitan Tiongkok yang sangat pesat karena negara tersebut telah mengubah konstalasi politik dunia dalam waktu singkat lewat ekonomi dan militer.

e.            Adanya kerawanan di laut Indonesia, dimana TNI bertanggung jawab atas kerawanan laut Indonesia dari ancaman dari luar dan dalam.

2.            Stacie Goddard dan Daniel Hexon dalam artikelnya “The Dynamics of Global Power Politics: A framework for Analysis”, instrumen kekuatan nasional  dapat dibagi ke dalam  lima instrumen utama, yaitu: 

a.            Instrumen militer yang berupa penggunaan kekuatan militer, termasuk di dalamnya penjualan dan perdagangan senjata baik konvensional dan non-konvensional (nuklir, biologi dan kimia).

b.            Instrumen ekonomi berupa pemanfaatan kekuatan industri, hubungan dagang, sanksi ekonomi, investasi dan pinjaman luar negeri.

c.            Instrumen diplomasi berupa kemampuan persuasi dan negosiasi.

d.            Instrumen budaya yang merujuk pada penggunaan kekuataan nilai-nilai budaya.

e.            Instrumen Simbolis (symbolic), berupa penggunaan propaganda dan pertukaran “best practices” dalam menangani suatu isu non-tradisional termasuk di dalamnya isu kesehatan global.

3.            Ancaman biokimia hadir pada kasus Pandemi Covid-19, dimana virus tersebut  setidaknya telah dialami oleh 203 negara di seluruh dunia. Kondisi ini tentunya sangat berdampak pada politik global.  Sejak munculnya pandemi ini, di satu sisi telah mengemuka komitmen kerjasama yang lebih tinggi baik di tingkat individu, kelompok masyarakat lokal, regional dan global. Namun di sisi lain, pola interaksi konflik terus terjadi di antara negara-negara besar. Tatkala pandemi ini muncul, misalnya, AS dan China saling menuduh bahwa masing-masing negara lah yang menjadi penyebab penyebaran penyakit ini ke seluruh pelosok dunia. Presiden Donald Trump dalam beberapa kesempatan menyebutkan bahwa virus Covid 19 ini sebagai “Virus China”. Sementara Pemerintah China melalui Duta Besar nya di Washington dan juru bicara Kementerian Luar negerinya, juga menuduh balik AS sebagai penyebar pandemi global ini.

4.            Era politik global juga akan memanfaatkan penggunaan media sosial media yang secara signifikan dapat mempengaruhi cara pandang suatu masyarakat suatu negara terhadap negara lain. Menggunakan kerangka analisa di atas, sejauh ini China memang telah berhasil memanfaatkan hampir seluruh instrumen di atas dalam interaksinya dalam konteks regional dan global dalam menghadapi pademi global Covid 19. China misalnya sangat menyadari bahwa dunia sangat bergantung pada kekuatan industri kesehatannya dalam menghasilkan berbagai peralatan dan perlengkapan keehatan untuk menghadapi Covid 19. Dengan demikian, China bahkan sudah menjadi kekuatan utama dalam memasok semua kebutuhan industri kesehatan global. Dengan demikian, industri peralatan kesehatan (medical equiment) kini telah menjelma menjadi instrumen baru kebijakan luar negeri China dalam politik global. Sebagai konsekwensinya, kepercayaan masyarakat global pun terhadap kedibilitas dan posisi global China juga semakin tinggi.

5.            Tatanan dunia saat ini telah menjadi baru yaitu unimultipolar yang implikasinya adalah pergeseran kekuasaan yang berada pada titik nadir. Hal tersebut terjadi, karena kepentingan menjadi keutamaan maka aliansi tersebut dapat dimungkinkan untuk melintas ideologi. Sementara itu, kepemimpinan negara baru super power telah mengubah pola inensistas komitmen terhadap keamanan global. wujud nyata dari realitas ini adalah munculnya instabilitas di beberapa kawasan yang sedianya berada dalam kendali seperti di Timur tengah Irak dan Suriah, termasuk ISIS di Filipina dan krisis nuklir di Korea Utara. Berbagai hal tersebut pada gilirannya telah menjadikan fungsi utama angkatan perang sebagai peran konvensional menjadi obsolet jika dibandingkan dengan ancaman kontemporer lainnya yang bersifat asimetris, proksi, hibrida, dan kejahatan lintas negara termasuk siber.

6.            Beberapa kasus di Irak dan Suriah menunjukkan bahwa terorisme terbukti berujung pada perang proxi atau perang hibrida dengan melibatkan berbagai aktor seperti aktor negara maupun nonnegara. Melalui berbagai media sosial dan jaringan media internet lainnya, host dari kelompok teroris telah mampu secara cepat menyebarkan pengaruh. Dan bahkan mengaktifkan sel tidur ataupun simpatisannya di seluruh dunia demi mendukung kepentingannya. Hal terbut terbukti dengan adanya dimensi siber yang dihuni hampir 2/3 aspek kehidupan manusia modern, sehingga tentu saja akan memerlukan suatu pengamanan di dalamnya misalnya serangan siber pernah dilakukan Amerika Serikat dan Israel untuk menghentikan program nuklir Iran. Meskipun serangan itu belum mampu menghentikan program nuklir Iran namun konsep itu menunjukkan serangan siber dapat menjadi suatu opsi yang setara dampaknya dengan senjata kinetik.

7.            Adanya kebangkitan ekonomi dan militer China berupaya mengemas kebangkitan fenomenalnya itu dengan slogan yang diviralkan oleh pemerintahnya sebagai "china charm offensive" yang membuat negara tersebut bertindak agresif untuk mengekspansi beberapa kawasan seperti ambisinya menguasai Laut Cina Selatan. Melalui ketiga pangkalan tersebut dan di Pulau Hudi, Tiongkok diperkirakan akan mampu menyelengarakan perang di seluruh wilayah Laut Cina Selatan. Sedangkan ancaman lain, datang dari wilayah laut dimana telah terjadi perampokan bersenjata dan penculikan di wilayah perairan Filipina Selatan yaitu sekitar Laut Sulu oleh kelompok Abu Sayyaf.

8.            Konstelasi global kontemporer dipengaruhi seiring melemahnya hegemoni negara super power sebagai akibat pengaruh kekuatan negara seperti Cina, Rusia, India, dan Brazil, tatanan dunia saat ini telah menjadi uni multipolar yang implikasinya adalah pergeseran kekuasaan yang beragam. Disamping kepemimpinan negara baru super power telah mengubah pola intensitas komitmen terhadap keamanan global. Kondisi tersebut semakin diperumit dengan masuknya aktor-aktor nonnegara mengusung kepentingan individu maupun kelompok dalam berbagai kemasan mulai ideologi, agama, suku, hingga ekonomi.

9.            Dalam perkembangan selanjutnya, terorisme juga digunakan sebagai alat pengondisian wilayah. Terorisme terbukti telah berujung pada proxy war atau hybrid war dengan melibatkan berbagai aktor, baik aktor negara maupun nonnegara. Perang cyber merupakan ancamana serius, keamanan nasional lainnya yang harus dihadapi pada era informasi saat ini. Dimensi siber atau dunia maya yg dihuni hampir 2/3 aspek kehidupan manusia modern tentu saja akan memerlukan suatu pengamanan di dalamnya. Serangan siber dalam konteks perang pernah dilakukan oleh AS dan Israel untuk menghentikan program nuklir Iran.

10.         Perang siber (cyber warfare) merupakan ancaman serius keaman nasional yang harus dihadapi di era informasi saat ini. Dimana dimensi siber yang dihuni hampir dua pertiga aspek kehidupan manusia modern perlu adanya pengamanan. Hal tersebut menunjukan bahwa keaman dimensi siber harus menjadi pertimbangan utama dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi pertahanan dan kemanan nasional. Disamping ancaman khusus datang dari China yang saat ini telah membangun pangkalan udara militernya di wilayah yang masih disengketakan, Subi, Mischief dan Fiery Cross. Melalui ketiga pangkalan tersebut Tiongkok diperkirakan akan mampu menyelenggarakan perang di Laut Cina Selatan.

11.     Tantangan spektrum ancaman akan selalu meningkat yang dipengaruhi perkembangan informasi dan teknologi sehingga berhasil mempengaruhi lingkungan strategis global, regional serta nasional, yang perlu disikapi secara bijak oleh seluruh unsur intelijen baik di pusat maupun di daerah. Dimana ancaman yang semakin global banyak dipengaruhi oleh criminal crime, tindakan sabotase, terrorism dan subversion menyebabkan intensitas ancaman semakin meningkat melalui  asymetric warfare, proxy war dan hybrid war. Sedangkan wujud perang asimetris berupa serangan non-militer berpola isu, tema, penggiringan opini di media sosial yang menimbulkan kegaduhan, bahkan berpotensi memecah belah persatuan. Perang model demikian akan mengancam stabilitas keamanan negara.

12.         Proxy War akan selalu hadir pada peperangan yang dimainkan oleh aktor negara (state actor) juga non-state actor. Aktornya bisa lembaga internasional, lembaga bantuan, non government organization, hingga institusi pers. Disamping proxy war, ada bentuk peperangan lain yang dikenal dengan istilah asymmetric warfare dan cyber warfare. Sedangkan ancaman hybrid war memiliki strategi militer yang memadukan dan menggunakan peperangan konvensional, peperangan tidak teratur, peperangan Cyber dan subversi dan mengaburkan perbedaan formal antara perang dan perdamaian.

13.         Ancaman militer muncul dari kompetisi militer internasional ini sendiri diikuti oleh setidaknya 100 negara. Kendati pun, perselisihan dan konflik di atas mulai mereda setelah Presiden Donald Trump menelpon President China, Xi Jinping untuk melakukan kolaborasi guna penanggulangan Covid 19 ini, dunia masih menyaksikan konflik tak berkesudahan antara AS dan China.  Konflik kedua negara besar ini kini menjelma sebagai salah satu persoalan utama dalam politik global kontemporer. Kedua negara masih terlibat dalam perang dagang yang hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda untuk mereda. Hubungan kedua negara juga semakin rumit dan tentunya akan memiliki dampak besar pada konstelasi politik global apabila kedua negara tidak dapat melakukan rekonsiliasi terhadap pola interaksi mereka selama ini.
_____________________________________________________________________





Tidak ada komentar:

Posting Komentar